Jumat, 27 Februari 2015

(JENESYS 2.0) Ichi go Ichi e

  Oleh: Firmansyah


Selasa, 26 Mei 2014 pukul 6 pagi kami mendarait di Narita Airport. Tidak telat semenitpun, hal kecil  ini membuat saya membuktikan perkataan orang tentang budaya Jepang yang selalu tepat waktu, sangat berbeda dengan kebiasaan kita di Indonesia.



Bersama 21 pemuda – pemudi Indonesia lainnya dan satu orang group leader, kami memulai petualangan kami mewakili Indonesia dalam kegiatan JENESYS 2.0 (Japan – ASEAN – Oceania Student and Youth Exchange Program 2.0). Senyum merekah terpancar di wajah kami setelah terbang 6 jam menempuh perjalanan dari Indonesia. Dan tidak hanya kami, peserta dari Timor Leste juga berada di pesawat yang sama dengan kami. Persaudaraan kami tetap terasa sejak pertama kali bertegur sapa walaupun saat ini Timor Leste sudah tidak menjadi bagian dari NKRI.

Satu jam berada di Narita, kami sudah bisa mempelajari banyak hal dari Negara Hi-Tech ini. Bersih, nyaman, teratur, bersahabat, tepat waktu dan tentu saja moderen. 

Perjalanan dilanjutkan ke Tokyo untuk menghadiri opening ceremony dan bertemu dengan peserta lainnya. Sepanjang jalan kami terkagum – kagum karena hampir semua scene yang kami lihat pada saat menonton kartun benar – benar ada di Jepang.  Setelah melakukan latihan untuk JAO Festival acara dilanjutkan dengan opening ceremony di salah satu hall megah di Tokyo.

Keseokan harinya kami berkesempatan mengunjungi beberapa situs bersejarah di Tokyo dan sekitarnya serta mengunjungi beberapa tempat rekreasi popular yang ada di Tokyo.  Hari itu rasanya seperti seharian berlibur, maklum dari pagi sampai malam hari muka sumringah selalu terpancar di wajah kami.

Selama program berlangsung kami dibagi menjadi beberapa grup yang terdiri dari berbagai Negara sehingga saya dan teman – teman lainnya mendapatkan banyak teman baru. Saya berada di grup Kochi. Kochi adalah nama salah satu daerah atau prefecture di Jepang. Dari Haneda kita harus menggunakan pesawat untuk sampai di Kochi karena daerah ini berada di pulau yang berbeda dengan mainland. Daerah ini sangatlah berbeda dengan Tokyo. Semuanya terlihat hijau segar dan menawan, karena letaknya di daerah pegunungan. Sebuah tempat yang sangat pas dijadikan tempat berlibur bagi siapa saja yang penat dengan kehidupan super sibuk di Tokyo

Berkesempatan tinggal selama 3 hari di Kochi, kami mengunjungi  beberapa tempat menarik salah satunya adalah home stay tradisional Jepang yang teletak di salah satu pegungan tinggi yang ada di sana. Sungguh pengalaman yang sangat menyenangkan, berada di daerah yang menggambarkan Jepng pada zaman dahulu serta melakukan beberapa aktivitas tradisional masyarakat Jepang.



Hal yang mengejutkan dimulai ketika grup kami dibagi kedalam beberapa grup kecil yang nantinya akan berkesempatan untuk tinggal bersama host family di Ottoyo Town. Saya, bersama 2 orang pemuda dari Australia, satu orang dari New Zealand, Myanmar, dan Saudi Arabia tinggal di sebuah keluarga kecil yang sangat lucu. Ayah kami adalah seorang fotographer yang memiliki museum benda – benda kuno yang ada di Jepang dan Ibu kami adalah seorang Ibu rumah tangga. Orang tua kami memiliki dua orang anak, salah satunya sedang kuliah di perguruan Tinggi di Tokyo dan yang lainnya sudah berkeluarga sehingga mereka hanya tinggal berdua.





Banyak hal yang kami pelajari dari keluarga kecil ini, mulai dari kebiasaan orang Jepang, memasak, memancing, melipat kasur dan selimut  dan tentu saja meminum the hijau setiap saat. Dua hari bersama keluarga baru kami terasa sangat cepat. Rasa sedih sangat terasa ketika mereka mengantarkan kami ke community centre yang ada di Ottoyo Town. Kasih sayang yang mereka berikan sangatlah tak terbatas walaupun mereka baru saja mengenal kami. Hal ini membuat kami merasa punya keluarga baru yang suatu saat akan kami temui.

Perjalanan kembali ke Tokyo sangatlah terasa berbeda, selain masih merasa sedih meninggalkan host parent, kami juga tidak sabar untuk berbagi cerita dan pengalaman kepada teman – teman kami yang mengunjungi daerah yang berbeda. Antusiasme semakin terasa pada saat JAO Festival. Pada acara ini masing – masing Negara menampilkan berbagai macam kesenian mulai dari tari, nyanyi, dan jenis kesenian lainnya. Kami dari Indonesia menampilkan Tari Nusantara yang berisi hampir semua tarian yang  berasal dari masing – masing provinsi di Indonesia dan tentunya dengan pakaian adat masing – masing. Sambutan meriah dan decak kagum peserta lainnya membuat kami semakin bangga menjadi pemuda dan pemudi Indonesia.



Hari terakhir adalah laporan kegiatan masing – masing grup dan sekaligus memperingati 50 tahun kerjasama ASEAN – Jepang. Sebelum melakukan presentasi, masing – masing grup melakukan FGD untuk merangkum semua kegiatan yang kami lakukan sekaligus memutuskan media presentasi apa yang akan kami pilih. Melalui presentasi tersebut, kita dapat mengetahui dan membayangkan daerah – daerah lainnya yang ada di Jepang sehingga menambah pengetahuan kami tentang Negara matahari terbit ini. Kegiatan hari itu ditutup dengan farewell party yang sekaligus menjadi akhir dari kegiatan JENESYS 2.0.


 

Finally, one meeting one moment where the journey starts.

Ichi go ichi e…..
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar