Indonesia Participating Youth of the 44th SSEAYP delegasi Nusa Tenggara Barat, Duwi Wulandary.
Saya percaya bahwa belajar
keluar negeri merupakan impian setiap orang, tak terkecuali saya. Sejak
mengenyam pendidikan di bangku kuliah, saya selalu bermimpi untuk memperoleh
ilmu baru, mengunjungi tempat-tempat yang inspiratif, dan menjalin persahabatan
dengan teman-teman lintas negara, tentunya dengan usaha sendiri tanpa harus
membebani orang tua. Di moment orientasi mahasiswa beberapa tahun silam
(langsung berasa tuir yak), saya tuliskan list impain saya dalam secarik kertas,
mungkin terdengar sedikit “so yesterday” but
that’s what I did. Semua impian yang terpikirkan saat itu saya tuliskan
disana, termasuk mengunjungi Jepang. Akhirnya, atas izin Allah SWT, tepat
di tanggal 23 Oktober 2017 yang lalu, salah satu list impian saya terwujud. Saya diberikan rezeki untuk mengunjungi Negara
matahari terbit tersebut bersama 27 delegasi Indonesia lainnya dalam program The Ship for Southeast Asian and
Japanese Youth Program (SSEAYP) secara GRATIS. Dalam tulisan
ini saya akan ceritakan semua rangkaian program mulai dari proses seleksi
sampai kembali ke tanah air. Yuk simak cerita selengkapnya!
PROSES SELEKSI
Seleksi Program Pertukaran Pemuda Antar
Negara (PPAN) tahun 2017 merupakan tahun kedua bagi saya setelah pada tahun
2016 mengikuti seleksi dan berhasil sampai 3 besar di Provinsi Nusa Tenggara
Barat. The Ship for Southeast Asian and
Japanese Youth Program (SSEAYP) merupakan pilihan pertama dan satu-satunya
bagi saya untuk seleksi tahun 2017.
Informasi mengenai seleksi saya
dapatkan dari media sosial Purna Caraka Muda Indonesia Provinsi Nusa Tenggara
Barat (PCMI NTB) seperti Facebook,
Instagram dan website PCMI NTB.
Seleksi calon peserta di NTB dilangsungkan sejak tanggal 16-18 April 2017
bertempat di Kantor Bahasa Provinsi NTB, Jalan Lingkar, Mataram. Proses seleksi
ditangani oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Nusa Tenggara Barat bersama
PCMI NTB.
Proses seleksi berlangsung sangat
ketat, peserta pun sangat kompetitif. Pada tahap pertama merupakan seleksi
administrasi, dimana beberapa berkas administrasi menjadi persyaratan seleksi.
Seperti kartu tanda penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat, fotokopi AKta
kelahiran, CV dan essay yang dapat
menunjukkan pengalaman dan diri pribadi. Setelah melewati seleksi administrasi
dan wawancara tingkat Kabupaten dan Kota, saya melanjutkan ke seleksi tingkat
provinsi bersama 50 besar kandidat dari 10 kabupaten dan kota di NTB.
Terdapat 3 kuota untuk NTB dalam
program pertukaran pemuda tahun 2017, yaitu India, Canada dan Jepang. Saya
melihat nama saya tertera di posisi pertama untuk mengikuti SSEAYP 2017 sebagai
perwakilan NTB. Ucapan dan rasa syukur tak henti saya ucapkan setelah melihat
berita ini dan saya sangat bahagia bisa menjadi salah satu dari 28 CIPY (Candidate Indonesia Participating Youth)
untuk mengikuti program SSEAYP angkatan 44.
PRE-DEPARTURE TRAINING (PDT)
Sebelum berangkat ke Jakarta untuk
mengikuti Pre Departure Training (PDT),
kandidat PPAN bersama dengan kandidat KPN melaksanakan PDT di provinsi terlebih
dahulu. Berlatih menampilkan kesenian dari daerah Nusa Tenggara Barat, tarian
dari daerah lainnya di Indonesia dan melakukan Focus Group Discussion adalah beberapa bentuk kegiatan kami selama
PDT di daerah. Kami juga berkesempatan untuk berkolaborasi dengan Bank Sampah
NTB Mandiri beserta Tim Satgas untuk melakukan Social Project dan pengajaran Bahasa Inggris untuk pemuda yang
tinggal di daerah pinggiran sungai. Selama kurang lebih 3 bulan lamanya kami
melaksanakan PDT di daerah sampai akhirnya berangkat ke Jakarta untuk
mempersiapkan program bersama seluruh CIPY.
Bersama dengan 28 peserta Candidate Indonesia participating Youth
(CIPY) yang tersebar di 27 provinsi di seluruh Indonesia dan seorang
National Leader yang berdomisili di Jakarta, Garuda 44 melaksanakan Virtual Meeting terjadwal setiap
minggunya guna membahas persiapan program. CIPY menjadwalkan pertemuan dalam jaringan (virtual meeting)
setiap dua kali seminggu. Pertemuan ini bertujuan untuk terus menyebarkan dan
berbagi informasi terkait program SSEAYP dan kebutuhannya, membentuk organisasi
kontingen Indonesia, melakukan pengawasan dan evaluasi berkelanjutan. PCMI
NTB juga dengan sigap membantu persiapan peserta mulai dari pemberian materi
mengenai program, kemampuan public speaking dan presentation, hingga kemampuan
dalam hal kesenian. Proses training
ini merupakan training gabungan
dengan program Kapal Pemuda Nusantara (KPN) 2017.
Tidak hanya training gabungan, saya
pribadi juga mendapatkan Online Training
dari alumni-alumni SSEAYP perwakilan NTB tahun-tahun sebelumnya yang
benar-benar membantu saya dalam persiapan program. Saya mendapatkan materi
persiapan program seperti hapalan lagu-lagu yang akan digunakan, cara
mengeluarkan pendapat dan mengikuti diskusi dengan baik dan juga bagaimana
menjadi individu yang bisa bekerja sama dengan baik dalam diskusi maupun
kegiatan lainnya. Intinya adalah, saya mendapatkan semua informasi yang
diperlukan selama program.
Di akhir proses training gabungan, kami PPAN dan KPN angkatan 2017 Nusa Tenggara
Barat melibatkan diri dalam sebuah acara sebagai ajang silaturahmi antar alumni
dan juga mempertunjukkan apa yang telah kami dapatkan selama masa training. Pada kesempatan ini kami
berkolaborasi dengan teman-teman Satgas Kampung Wisata Kreatif Sampah Terpadu
(Kawis Krisant) bekerjasama dengan Bank Sampah NTB Mandiri untuk menampilkan
kesenian tradisional Indonesia secara bersama-sama yang berlokasi di daerah
Kebon Lelang, Ampenan, Mataram, Nusa Tenggara Barat.
|
Penampilan Kesenian PPAN dan KPN NTB 2017 di Kawis Krisant, Mataram. |
PDT
tingkat nasional dilaksanakan di Pusdiklat
Kementerian Perindustrian yang berlokasi di Jalan Widya Chandra VIII No.34
SCBD, Jakarta Selatan. PDT berlangsung sejak tanggal 6 Oktober – 22
Oktober 2017. Durasi PDT kami memang lumayan lebih lama dari program lainnya
karena kami harus memastikan dan mempersiapkan keseluruhan kebutuhan program
selama 52 hari kedepan. Surat pemanggilan PDT disampaikan dari pihak
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) kepada pihak
Dispora NTB. Kami 28 peserta SSEAYP 2017 sampai di Jakarta di hari yang sama.
Beberapa dari kami berasal dari daerah Jabodetabek dan kami memutuskan untuk
menjadikan terminal 1B Bandar Udara Soekarno Hatta sebagai meeting point. Pada hari itulah pertama kalinya kami bertemu
setelah beberapa bulan berkomunikasi melalui Whatssap Group.
|
Garuda44
di Garuda Hall Pusdiklat Kemenperin, Jakarta. |
Pusdiklat
Kemenperin merupakan lokasi yang sangat mendukung bagi saya dan teman-teman
selama mengikuti PDT. Selama PDT, kami ber-28 menerima berbagai macam materi
yang sangat efektif dan bermanfaat untuk mendukung program. Pembentukan
kontingen yang solid merupakan sebuah tantangan tersendiri, proses yang tidak
mudah dan juga tidak cepat. Setiap anggota didalamnya harus memiliki satu
tujuan yang sama dan memahami satu sama lain, menahan ego dan belajar untuk
saling mengerti perbedaan. Menahan ego untuk saling dipimpin dan memimpin.
Peserta dihadapkan pada perbedaan budaya yang begitu tajam, dimana ke-28
peserta berasal dari 27 provinsi yang berbeda yang memiliki budaya yang juga
berbeda satu sama lain. Maka, untuk mengatasi hal tersebut yang harus dilakukan
seorang peserta adalah saling memahami dan mengerti satu sama lain.
Pengalaman
Selama Program
The 44th Ship for Southeast Asian and
Japanese Youth Program (SSEAYP) 2017 memiliki 5 (lima) Country
Program yakni Jepang, Kamboja, Thailand, Indonesia dan Malaysia. Adapun 1
country program lainnya yaitu Lao P.D.R yang hanya dikunjungi oleh YL (Youth Leader) dari 11 negara dan National Leader dari Lao P.D.R.
Country Program
Dari
5 negara yang terjadwal di dalam program, Jepang adalah negara pertama yang
kami kunjungi. Untuk kegiatan, kami melakukan aktivitas yang sama untuk semua
negara, mulai dari institutional visits, interaction with the local youth dan
homestay. Meski sempat tertunda
selama 2 jam karena cuaca buruk di Tokyo, Alhamdulillah seluruh peserta the
44th SSEAYP tahun 2017 tiba di Bandar Udara Internasional Haneda, Tokyo pada
tanggal 23 Oktober 2017. Dari Bandar udara, IPY langsung berangkat menuju Cabinet office untuk mengikuti
orientasi. Selama orientasi, IPY diberikan pembekalan mengenai country program selama berada di Jepang
dan juga mengisi beberapa form administrasi untuk keperluan selama program.
Setelah itu IPY menuju Hotel New Otani Tokyo untuk berkumpul dengan peserta
dari sembilan Negara ASEAN lainnya dan Jepang.
|
Foto
bersama pada saat Welcome Reception di
New Otani Hotel, Tokyo, Jepang |
Pada hari kedua, acara orientasi
pertama oleh staff administrasi dilakukan. Dibuka dengan penampilan “Contingent
Cheers” dari masing-masing negara yang sangat semarak, perkenalan staff administrasi, penjelasan tentang
“Country Program” di Jepang dan lokal program yang akan dilaksanakan di 11
prefektur berbeda dan dilanjutkan
dengan penyampaian pidato oleh Mr. Akio
Wada selaku General Director for
International Youth Exchange dan dilanjutkan dengan pidato dari salah satu
perwakilan PY. Oiya, Solidarity Group adalah grup yang terdiri dari 2-3
perwakilan masing-masing kontingen dari 11 negara untuk melaksanakan kegiatan
secara bersama, umumnya Institutional visits, homestay dan interaction with the
local youth. Selain SG, kami juga memiliki Discussion Group yang dibagi menjadi
8 tema berbeda. Namun, Group diskusi mulai aktif setelah kami selesai
mengunjungi prefektur.
Saya sendiri tergabung di dalam SG-E
bertolak ke Prefektur Fukui. Terdapat 2 IPY lainnya yang berada dalam SG yang
sama dengan saya yaitu, Yeran Hasna Dinastia dari Kalimantan Barat dan Fahmi
Risnaldi dari Aceh, juga Adinegoro Siswondo, National Leader dari Indonesia
sebagai NL perwakilan SG-E. Untuk menuju Fukui, kami menaiki kereta Shinkansen
dengan 2 kali pemberhentian yakni di Stasiun Maibara dan Stasiun Fukui.
Sesampainya di Fukui, kami disambut oleh beberapa dinosaurus, dengan gerakan
beserta suaranya. Ya, Prefektur ini memang dikenal dengan dinosaurusnya yang
tersebar di berbagai daerah dan bisa kita jumpai di berbagai titik kota.
Tentunya bukan sungguhan, namun replika yang dibuat sedemikian sehingga
menyerupai aslinya.
|
Foto
bersama SG-E di Stasiun Fukui, Jepang |
Selama
berada di Fukui, kami mengunjungi beberapa tempat mulai dari Yasuda Kamabojo
(Pabrik makanan berbahan dasar ikan yang beberapa jenis ikannya pun dikirim
dari Indonesia), Fukui Prefectural University, Kantor Gubernur Fukui, Fukui
Prefectural Dinosaur Museum, Sabae Chamber of Commerce sampai ke Pameran
teknologi.
Salah satu hal yang paling menarik dari
country program adalah Homestay. Yup, selama 1-3 hari kami
berkesempatan untuk tinggal bersama keluarga angkat di setiap negara yang kami
singgahi. Nah, karena jumlah negara dalam the 44th SSEAYP sebanyak
5, saya pun menjalani 5 kali homestay, yaitu di Jepang, Kamboja, Thailand,
Indonesia dan Malaysia.
Adalah sebuah kota kecil di Fukui
Prefecture, Echizen city, yang menjadi lokasi homestay saya bersama dengan
keluarga angkat Jepang. Kota ini sangat nyaman, tenang dan dipenuhi oleh
penduduk yang ramah. Selama tinggal bersama keluarga Tanaka, saya dan Onin
(homestay mate dari Thailand) berkesempatan untuk merasakan bagaimana kehidupan
sehari-hari orang Jepang. Kami tidur dengan menggunakan tatami, tempat tidur tradisional Jepang yang sangat hangat dan
nyaman di tengah udara yang bagi saya cukup dingin. Selain itu, bersama dengan
Onin dan Ibu angkat, saya juga memasak masakan khas Jepang bernama Odeng, yang
merupakan sup hangat berisi berbagai makanan seperti Tofu Mochi, Lobak, dan kue
ikan yag disajikan diatas hot plate,
sangat cocok sekali dinikmati ketika cuaca dingin.
Walaupun
waktu stay saya terbilang singkat, namun Mr. Tanaka sempat membawa kami
mengunjungi beberapa tempat menarik di Echizen City, seperti Gosho Temple,
Echizen City Takefu Chuo Park dan juga Pusat Pelatihan Kenshibu, Tarian
Tradidional Jepang. Yang tak kalah menarik adalah, kedua saudara angkat saya
juga merupakan pemain kenshibu, mereka pun mengajarkan kami beberapa gerakan
dasar tarian ini. Meskipun usia mereka terbilang muda, mereka sangat
bersungguh-sungguh dalam berlatih dan mendalami seni tradisional ini, dimana
anak-anak lain di usia mereka terlalu disibukkan dengan gadget dan hal-hal modern lainnya.
Banyak
sekali pelajaran yang saya dapatkan selama homestay,
mulai dari ketepatan waktu dan cara orang Jepang menghargai waktu, cara mereka
makan bersama, bahkan hingga cara mandi. Menurut saya, cara orang Jepang mandi
merupakan hal yang menarik. Sangat berbeda dengan orang Indonesia, Kamar mandi
di jepang tidak memiliki gayung, melainkan bak mandi penampung air panas yang
disebut ‘ofuro’ dan shower dan pintunya
terbuat dari kaca yang semi-transparan. Penggunaan kaca ditujukan agar pintu
tersebut tidak mudah rusak karena bak tersebut menampung air panas yang
mengahsilkan uap panas juga. Air panas yang mereka gunakan untuk mandi tidak
akan dikeringkan dari ofuro hingga
anggota keluarga terakhir selesai mandi. Namun, yang boleh menggunakan ofuro pertama kali adalah anggota
keluarga dengan status yang paling tinggi. Intinya, mereka menggunakan shared water setiap mandi. Begitu juga
dengan onsen, sebelum memasuki tempat
tersebut, kita harus membersihkan diri terlebih dahulu karena air panas yang
tersedia juga digunakan secara bersamaan.
|
Foto
bersama keluarga Tanaka di City Takefu Chuo Park |
Setelah kembali dari Fukui Perfecture,
saya selanjutnya menuju ke National Youth Center (NYC) untuk mengikuti Tokyo
Program selama 4 hari terhitung sejak 30 Oktober – 2 November 2017. Tepat
di hari yang sama, kami mengikuti Plenary
Orientation dan Discussion Group
Meeting mengenai kegiatan Discussion
Group berdasarkan kelompok masing-masing. Bersama dengan 4 orang IPY
lainnya, saya tergabung di dalam Grup Diskusi 5 yaitu Quality Education. Dalam kegiatan tersebut, bersama fasilitator
DG-5, Mr. Somkiat Kamolpun dari Thailand, kami saling berkenalan dan mendiskusikan
ekspektasi dan motivasi kami selama kegiatan diskusi. Pada kesempatan ini juga
kami mengadakan pemilihan perwakilan Grup Diskusi dari DG-5 atau DG Representative yang nantinya akan
membantu Fasilitator dalam mempersiapkan dan melaksanakan diskusi. Terdapat 2 DG Representatives untuk masing-masing
DG, dan saya adalah salah satunya.
Institutional Visits perdana kami berdasarkan tema DG dan saya bersama DG-5
adalah berkunjung ke Toyo University, Tokyo. Selama berada di Toyo University,
saya dan teman-teman diperkenalkan dengan Global
Incubation x Fostering Talents (GIFT), sebuah asosiasi yang mengadakan
program, workshop dan seminars bekerja sama dengan universitas-universitas dan
perusahaan untuk mempromosikan pendidikan global kepada anak muda.
|
DG
5 (Quality Education) representatives from Indonesia |
ONBOARD
PROGRAM
Daily Life
Kehidupan sehari-hari diatas kapal begitu memberikan
kesan dan tak akan terlupakan. Di atas kapal, IPY tinggal di sebuah kabin dan
berbagi dengan 2 PY dari Negara lain yang berbeda, akrab disebut dengan cabin mate. Pembagian kamar ini
ditentukan berdasarkan urutan Solidarity Group (SG). Saya mendapatkan cabin
mate dari Jepang bernama Yukina Moritaka (Yukina) dan Chittalath Soulisa
(Lanoy) dari Laos. Seiring berjalannya program, kami semakin kompak dan
menemukan banyak kesamaan yang membuat kami jadi seperti saudara.
|
Bersama
cabin mate. Dari kiri ke kanan, Lanoy
(Laos), Penulis, dan Yukina (Jepang) mengenakan Lambung dari Suku Sasak |
Pagi hari di kapal akan dimulai dengan morning exercise dan dilanjutkan dengan morning assembly. Setiap harinya pada
saat morning assembly, semua Participating Youth (PY) akan diukur
suhu tubuhnya, jika suhu kami mencapai 37 derajat Celcius bisa dipastikan kami
akan langsung dikarantina. Saya sempat terkejut, karena saya pribadi suhu 37
derajat adalah normal dan saya baik-baik saja. Namun saya bersyukur tidak
pernah memasuki ruang karantina karena pastinya saya akan banyak melewatkan
rangkaian program yang tidak akan bisa diulang. Program-program tersebut sudah
disusun oleh administrator dengan
sangat terjadwal. Jadi, kecil kemungkinan akan diadakan kembali.
Kegiatan
di kapal biasanya dimulai dengan morning call pada pukul 07.00 pagi dan
diakhiri dengan night call pukul 11.00 malam. Sesi pagi akan diisi dengan
kegiatan Group Discussion, presentation, dan PYs seminar. Sedangkan pada malam
hari, PYs memiliki kesempatan mengadakan beberapa kegiatan seperti National Presentation, Voluntary Activity,
dan berbagai kegiatan lainnya seperti mencoba kebudayaan Jepang di Grand Bath (onsen) atau sekedar
berkumpul bersama PYs dari Negara lainnya. Setiap malamnya, Night Call dilakukan oleh SG yang
bertugas dan Night Patroll yang
dilakukan oleh NLs. Night Patrol ini dilakukan untuk memastikan tidak ada PYs
yang berada di luar kabin diatas jam 11 malam.
Discussion Group (DG)
Discussion Program
merupakan salah satu kegiatan utama dalam rangkaian the 44th SSEAYP.
Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong dan memotivasi Participating Youths (PYs) agar mampu memperdalam pemahaman
mengenai isu terkini yang berkaitan dengan berbagai isu di ASEAN serta Jepang
sehingga mereka mampu merumuskan rencana strategis untuk menanganinya. Selain
itu, sejalan dengan visi SSEAYP, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman, meningkatkan kemampuan PYs dalam bertukar pikiran serta meningkatkan
kemampuan mereka dalam menyajikan segala konsep dan ide yang mereka miliki.
|
Saya dan Ng Rong Rong dari Singapura
mempresentasikan hasil diskusi kelompok kami |
Solidarity Group
Solidarity
Group activity merupakan kegiatan dilakukan untuk mempererat rasa persahabatan
maupun team building, terutama untuk para peserta SSEAYP melalui permainan,
dance dan aktivitas ringan lainnya. Kegiatan ini dirancang oleh kepanitiaan
yang bernama SG Sub-committee (SG Sub-comm) dibantu oleh para National Leader
(NL) dan beberapa staff admin yang bertugas. Seluruh Participating Youth (PY)
akan dibagi kedalam 11 kelompok Solidarity Group (A, B, C, D, E, F, G, H, I, J
dan K). Didalam grup ini, 28 Indonesia Participating Youth terbagi merata.
|
Bersama SG A – SG K setelah SG Activity 3
berakhir |
National Presentation
National Presentation merupakan wadah dimana setiap
kontingen dari semua negara yang berpartisipasi dapat memberikan informasi
tentang negaranya melalui sebuah pertunjukan kesenian sepanjang 75 menit. Garuda 44 menyuguhkan sebuah pertunjukan
seni dalam National Presentation dengan mengangkat sebuah tema yaitu Asian Games
sehubungan dengan pelaksanaan Asian Games
tahun 2018 mendatang dengan Indonesia sebagai tuan rumah. Kami menampilkan
beberapa pertunjukan seperti Tari Sahureka-reka, syair dan lagu Hio-hio, tari
saman, tari Badminton, Martial arts, Haragamon Naoli, Tari kipas, Aster, dan
masih banyak lagi.
|
Garuda 44 mengenakan kostum tradisional dari berbagai suku di Indonesia
dengan lagu penutup “Gemilang” |
Voluntary Activity
Voluntary activity (VA) adalah kegiatan
yang dilakukan secara sukarela oleh kontingen dalam mengisi waktu luang di
kegiatan on board. Sering kali, kegiatan VA dilakukan pada malam hari tapi ada
kalanya VA bisa dilakukan di waktu-waktu kosong lainnya juga. Tahun ini, kontingen Indonesia melaksanakan 3 kegiatan
VA, yaitu: Food Festival, Coffee Party, dan yang terakhir adalah SSEAYP Batik
Day 2017.
|
Suasana
Coffee and Indomie Party dalam Voluntary Activity |
PY Seminar
PY Seminar merupakan kegiatan baru yang dilaksanakan pada program
SSEAYP ini. Diadaptasi dari bagian dari program Ship for World Youth yang juga program International Exchange dari Cabinet
Office of Japan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk para Participating Youth (PY) untuk belajar
mengadakan sesi seminar, dimana mereka dapat berbagi pengetahuan dan budaya
mereka kepada PY dari negara-negara ASEAN dan Jepang. Selain itu, kegiatan ini
juga dapat menjadi kesempatan bagi PY peserta seminar itu untuk belajar apa
yang telah dibagi oleh sesama PY di kapal. Garuda 44 mengusung beberapa seminar
seperti VIP 101 (mengenalkan tatacara bertamu ala Indonesia), A am a farmer,
are you?(memperj=kenalkan urban farming), who wants to be a selebgram (peluang
bisnis baru melalui instagram), Herns don’t lie (memperkenalkan rempah-rempah
Indonesia),Health Theme dan Teaching with Purpose.
Flag Hoisting
Flag Hoisting dilaksanakan sebelum Country Program di suatu Negara. Bendera
10 negara ASEAN dan Jepang dikibarkan satu per satu di atas panggung dan
bendera Indonesia dan Malaysia berada di antara semua bendera karena kami
kontingen Indonesia mendapatkan jadwal yang bersamaan dengan kontingenm
MAlaysia. Kemudian, lagu “Indonesia raya” dinyanyikan.
Farewell Ceremony
Pada
hari terakhir program SSEAYP 2017 diselenggarakan farewell ceremony di atas kapal Nipon Maru. Diselenggarakan di dolphin hall, beberapa perwakilan dari
kedutaan besar negara-negara ASEA pun menghadiri acara satu ini. Pihak Cabinet Office Jepang pun memandu
jalannya acara setelah sebelumnya melakukan post
program debriefing.
Program SSEAYP 2017 memberikan dampak yang besar terhadap
kontingen kami. Kami mengenal pemuda-pemudi dari berbagai negara ASEAN bahkan
berteman dekat dengan mereka yang mana merupakan salah satu tujuan untuk
mempererat persahabatan antar bangsa dan mutual
understanding. Melalui program ini, kami dapat membuka kesempatan baru dan
memperluas networking dengan
Negara-negara di Asia Tenggara dan Jepang.
Kontingen Indonesia dikenal dengan kedisiplinannya yang
sangat tinggi. Kontingen Indonesia pun dikenal sebagai kontingen yang
bertalenta dan selalu memberikan kejutan disetiap penampilannya. Hal ini
mempengaruhi sikap disiplin, tepat waktu, menghargai satu sama lain dan
kebersamaan IPY.
SSEAYP juga telah merubah pandangan hidup kami.
Menumbuhkan rasa cinta lebih dari yang kami miliki sebelumnya sebagai warga
Negara Republik Indonesia. Merajut semangat lebih untuk berkontribusi dalam
membangun negara. Memulai dari langkah sederhana melalui diri kami sendiri,
mencoba untuk mengajak orang-orang sekitar untuk melakukan kebiasaan positif.