Senin, 19 Maret 2018

MY SSEAYP JOURNEY 2017


Indonesia Participating Youth of the 44th SSEAYP delegasi Nusa Tenggara Barat, Duwi Wulandary. 


Saya percaya bahwa belajar keluar negeri merupakan impian setiap orang, tak terkecuali saya. Sejak mengenyam pendidikan di bangku kuliah, saya selalu bermimpi untuk memperoleh ilmu baru, mengunjungi tempat-tempat yang inspiratif, dan menjalin persahabatan dengan teman-teman lintas negara, tentunya dengan usaha sendiri tanpa harus membebani orang tua. Di moment orientasi mahasiswa beberapa tahun silam (langsung berasa tuir yak), saya tuliskan list impain saya dalam secarik kertas, mungkin terdengar sedikit “so yesterday” but that’s what I did. Semua impian yang terpikirkan saat itu saya tuliskan disana, termasuk mengunjungi Jepang. Akhirnya, atas izin Allah SWT, tepat di tanggal 23 Oktober 2017 yang lalu, salah satu list impian saya  terwujud. Saya diberikan rezeki untuk mengunjungi Negara matahari terbit tersebut bersama 27 delegasi Indonesia lainnya dalam program The Ship for Southeast Asian and Japanese Youth Program (SSEAYP) secara GRATIS. Dalam tulisan ini saya akan ceritakan semua rangkaian program mulai dari proses seleksi sampai kembali ke tanah air. Yuk simak cerita selengkapnya!

PROSES SELEKSI

Seleksi Program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) tahun 2017 merupakan tahun kedua bagi saya setelah pada tahun 2016 mengikuti seleksi dan berhasil sampai 3 besar di Provinsi Nusa Tenggara Barat. The Ship for Southeast Asian and Japanese Youth Program (SSEAYP) merupakan pilihan pertama dan satu-satunya bagi saya untuk seleksi tahun 2017.

Informasi mengenai seleksi saya dapatkan dari media sosial Purna Caraka Muda Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat (PCMI NTB) seperti Facebook, Instagram dan website PCMI NTB. Seleksi calon peserta di NTB dilangsungkan sejak tanggal 16-18 April 2017 bertempat di Kantor Bahasa Provinsi NTB, Jalan Lingkar, Mataram. Proses seleksi ditangani oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Nusa Tenggara Barat bersama PCMI NTB.

Proses seleksi berlangsung sangat ketat, peserta pun sangat kompetitif. Pada tahap pertama merupakan seleksi administrasi, dimana beberapa berkas administrasi menjadi persyaratan seleksi. Seperti kartu tanda penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat, fotokopi AKta kelahiran, CV dan essay yang dapat menunjukkan pengalaman dan diri pribadi. Setelah melewati seleksi administrasi dan wawancara tingkat Kabupaten dan Kota, saya melanjutkan ke seleksi tingkat provinsi bersama 50 besar kandidat dari 10 kabupaten dan kota di NTB.

Terdapat 3 kuota untuk NTB dalam program pertukaran pemuda tahun 2017, yaitu India, Canada dan Jepang. Saya melihat nama saya tertera di posisi pertama untuk mengikuti SSEAYP 2017 sebagai perwakilan NTB. Ucapan dan rasa syukur tak henti saya ucapkan setelah melihat berita ini dan saya sangat bahagia bisa menjadi salah satu dari 28 CIPY (Candidate Indonesia Participating Youth) untuk mengikuti program SSEAYP angkatan 44. 

PRE-DEPARTURE TRAINING (PDT)
Sebelum berangkat ke Jakarta untuk mengikuti Pre Departure Training (PDT), kandidat PPAN bersama dengan kandidat KPN melaksanakan PDT di provinsi terlebih dahulu. Berlatih menampilkan kesenian dari daerah Nusa Tenggara Barat, tarian dari daerah lainnya di Indonesia dan melakukan Focus Group Discussion adalah beberapa bentuk kegiatan kami selama PDT di daerah. Kami juga berkesempatan untuk berkolaborasi dengan Bank Sampah NTB Mandiri beserta Tim Satgas untuk melakukan Social Project dan pengajaran Bahasa Inggris untuk pemuda yang tinggal di daerah pinggiran sungai. Selama kurang lebih 3 bulan lamanya kami melaksanakan PDT di daerah sampai akhirnya berangkat ke Jakarta untuk mempersiapkan program bersama seluruh CIPY.

Bersama dengan 28 peserta Candidate Indonesia participating Youth (CIPY) yang tersebar di 27 provinsi di seluruh Indonesia dan seorang National Leader yang berdomisili di Jakarta, Garuda 44 melaksanakan Virtual Meeting terjadwal setiap minggunya guna membahas persiapan program. CIPY menjadwalkan pertemuan dalam jaringan (virtual meeting) setiap dua kali seminggu. Pertemuan ini bertujuan untuk terus menyebarkan dan berbagi informasi terkait program SSEAYP dan kebutuhannya, membentuk organisasi kontingen Indonesia, melakukan pengawasan dan evaluasi berkelanjutan. PCMI NTB juga dengan sigap membantu persiapan peserta mulai dari pemberian materi mengenai program, kemampuan public speaking dan presentation, hingga kemampuan dalam hal kesenian. Proses training ini merupakan training gabungan dengan program Kapal Pemuda Nusantara (KPN) 2017.

Tidak hanya training gabungan, saya pribadi juga mendapatkan Online Training dari alumni-alumni SSEAYP perwakilan NTB tahun-tahun sebelumnya yang benar-benar membantu saya dalam persiapan program. Saya mendapatkan materi persiapan program seperti hapalan lagu-lagu yang akan digunakan, cara mengeluarkan pendapat dan mengikuti diskusi dengan baik dan juga bagaimana menjadi individu yang bisa bekerja sama dengan baik dalam diskusi maupun kegiatan lainnya. Intinya adalah, saya mendapatkan semua informasi yang diperlukan selama program.

Di akhir proses training gabungan, kami PPAN dan KPN angkatan 2017 Nusa Tenggara Barat melibatkan diri dalam sebuah acara sebagai ajang silaturahmi antar alumni dan juga mempertunjukkan apa yang telah kami dapatkan selama masa training. Pada kesempatan ini kami berkolaborasi dengan teman-teman Satgas Kampung Wisata Kreatif Sampah Terpadu (Kawis Krisant) bekerjasama dengan Bank Sampah NTB Mandiri untuk menampilkan kesenian tradisional Indonesia secara bersama-sama yang berlokasi di daerah Kebon Lelang, Ampenan, Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Penampilan Kesenian PPAN dan KPN NTB 2017 di Kawis Krisant, Mataram.
PDT tingkat nasional dilaksanakan di Pusdiklat Kementerian Perindustrian yang berlokasi di Jalan Widya Chandra VIII No.34 SCBD, Jakarta Selatan.  PDT berlangsung sejak tanggal 6 Oktober – 22 Oktober 2017. Durasi PDT kami memang lumayan lebih lama dari program lainnya karena kami harus memastikan dan mempersiapkan keseluruhan kebutuhan program selama 52 hari kedepan. Surat pemanggilan PDT disampaikan dari pihak Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) kepada pihak Dispora NTB. Kami 28 peserta SSEAYP 2017 sampai di Jakarta di hari yang sama. Beberapa dari kami berasal dari daerah Jabodetabek dan kami memutuskan untuk menjadikan terminal 1B Bandar Udara Soekarno Hatta sebagai meeting point. Pada hari itulah pertama kalinya kami bertemu setelah beberapa bulan berkomunikasi melalui Whatssap Group.
Garuda44 di Garuda Hall Pusdiklat Kemenperin, Jakarta.
 Pusdiklat Kemenperin merupakan lokasi yang sangat mendukung bagi saya dan teman-teman selama mengikuti PDT. Selama PDT, kami ber-28 menerima berbagai macam materi yang sangat efektif dan bermanfaat untuk mendukung program. Pembentukan kontingen yang solid merupakan sebuah tantangan tersendiri, proses yang tidak mudah dan juga tidak cepat. Setiap anggota didalamnya harus memiliki satu tujuan yang sama dan memahami satu sama lain, menahan ego dan belajar untuk saling mengerti perbedaan. Menahan ego untuk saling dipimpin dan memimpin. Peserta dihadapkan pada perbedaan budaya yang begitu tajam, dimana ke-28 peserta berasal dari 27 provinsi yang berbeda yang memiliki budaya yang juga berbeda satu sama lain. Maka, untuk mengatasi hal tersebut yang harus dilakukan seorang peserta adalah saling memahami dan mengerti satu sama lain.

Pengalaman Selama Program

The 44th Ship for Southeast Asian and Japanese Youth Program (SSEAYP) 2017 memiliki 5 (lima) Country Program yakni Jepang, Kamboja, Thailand, Indonesia dan Malaysia. Adapun 1 country program lainnya yaitu Lao P.D.R yang hanya dikunjungi oleh YL (Youth Leader) dari 11 negara dan National Leader dari Lao P.D.R.


Country Program

Dari 5 negara yang terjadwal di dalam program, Jepang adalah negara pertama yang kami kunjungi. Untuk kegiatan, kami melakukan aktivitas yang sama untuk semua negara, mulai dari institutional visits, interaction with the local youth dan homestay. Meski sempat tertunda selama 2 jam karena cuaca buruk di Tokyo, Alhamdulillah seluruh peserta the 44th SSEAYP tahun 2017 tiba di Bandar Udara Internasional Haneda, Tokyo pada tanggal 23 Oktober 2017. Dari Bandar udara, IPY langsung berangkat menuju Cabinet office untuk mengikuti orientasi. Selama orientasi, IPY diberikan pembekalan mengenai country program selama berada di Jepang dan juga mengisi beberapa form administrasi untuk keperluan selama program. Setelah itu IPY menuju Hotel New Otani Tokyo untuk berkumpul dengan peserta dari sembilan Negara ASEAN lainnya dan Jepang.
 
Foto bersama pada saat Welcome Reception di New Otani Hotel, Tokyo, Jepang

Pada hari kedua, acara orientasi pertama oleh staff administrasi dilakukan. Dibuka dengan penampilan “Contingent Cheers” dari masing-masing negara yang sangat semarak, perkenalan  staff administrasi, penjelasan tentang “Country Program” di Jepang dan lokal program yang akan dilaksanakan di 11 prefektur berbeda dan dilanjutkan dengan penyampaian pidato oleh  Mr. Akio Wada selaku General Director for International Youth Exchange dan dilanjutkan dengan pidato dari salah satu perwakilan PY. Oiya, Solidarity Group adalah grup yang terdiri dari 2-3 perwakilan masing-masing kontingen dari 11 negara untuk melaksanakan kegiatan secara bersama, umumnya Institutional visits, homestay dan interaction with the local youth. Selain SG, kami juga memiliki Discussion Group yang dibagi menjadi 8 tema berbeda. Namun, Group diskusi mulai aktif setelah kami selesai mengunjungi prefektur.

Saya sendiri tergabung di dalam SG-E bertolak ke Prefektur Fukui. Terdapat 2 IPY lainnya yang berada dalam SG yang sama dengan saya yaitu, Yeran Hasna Dinastia dari Kalimantan Barat dan Fahmi Risnaldi dari Aceh, juga Adinegoro Siswondo, National Leader dari Indonesia sebagai NL perwakilan SG-E. Untuk menuju Fukui, kami menaiki kereta Shinkansen dengan 2 kali pemberhentian yakni di Stasiun Maibara dan Stasiun Fukui. Sesampainya di Fukui, kami disambut oleh beberapa dinosaurus, dengan gerakan beserta suaranya. Ya, Prefektur ini memang dikenal dengan dinosaurusnya yang tersebar di berbagai daerah dan bisa kita jumpai di berbagai titik kota. Tentunya bukan sungguhan, namun replika yang dibuat sedemikian sehingga menyerupai aslinya.
 
Foto bersama SG-E di Stasiun Fukui, Jepang
Selama berada di Fukui, kami mengunjungi beberapa tempat mulai dari Yasuda Kamabojo (Pabrik makanan berbahan dasar ikan yang beberapa jenis ikannya pun dikirim dari Indonesia), Fukui Prefectural University, Kantor Gubernur Fukui, Fukui Prefectural Dinosaur Museum, Sabae Chamber of Commerce sampai ke Pameran teknologi.

Salah satu hal yang paling menarik dari country program adalah Homestay. Yup, selama 1-3 hari kami berkesempatan untuk tinggal bersama keluarga angkat di setiap negara yang kami singgahi. Nah, karena jumlah negara dalam the 44th SSEAYP sebanyak 5, saya pun menjalani 5 kali homestay, yaitu di Jepang, Kamboja, Thailand, Indonesia dan Malaysia.

Adalah sebuah kota kecil di Fukui Prefecture, Echizen city, yang menjadi lokasi homestay saya bersama dengan keluarga angkat Jepang. Kota ini sangat nyaman, tenang dan dipenuhi oleh penduduk yang ramah. Selama tinggal bersama keluarga Tanaka, saya dan Onin (homestay mate dari Thailand) berkesempatan untuk merasakan bagaimana kehidupan sehari-hari orang Jepang. Kami tidur dengan menggunakan tatami, tempat tidur tradisional Jepang yang sangat hangat dan nyaman di tengah udara yang bagi saya cukup dingin. Selain itu, bersama dengan Onin dan Ibu angkat, saya juga memasak masakan khas Jepang bernama Odeng, yang merupakan sup hangat berisi berbagai makanan seperti Tofu Mochi, Lobak, dan kue ikan yag disajikan diatas hot plate, sangat cocok sekali dinikmati ketika cuaca dingin.

Walaupun waktu stay saya terbilang singkat, namun Mr. Tanaka sempat membawa kami mengunjungi beberapa tempat menarik di Echizen City, seperti Gosho Temple, Echizen City Takefu Chuo Park dan juga Pusat Pelatihan Kenshibu, Tarian Tradidional Jepang. Yang tak kalah menarik adalah, kedua saudara angkat saya juga merupakan pemain kenshibu, mereka pun mengajarkan kami beberapa gerakan dasar tarian ini. Meskipun usia mereka terbilang muda, mereka sangat bersungguh-sungguh dalam berlatih dan mendalami seni tradisional ini, dimana anak-anak lain di usia mereka terlalu disibukkan dengan gadget dan hal-hal modern lainnya.

Banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan selama homestay, mulai dari ketepatan waktu dan cara orang Jepang menghargai waktu, cara mereka makan bersama, bahkan hingga cara mandi. Menurut saya, cara orang Jepang mandi merupakan hal yang menarik. Sangat berbeda dengan orang Indonesia, Kamar mandi di jepang tidak memiliki gayung, melainkan bak mandi penampung air panas yang disebut ‘ofuro’ dan shower dan pintunya terbuat dari kaca yang semi-transparan. Penggunaan kaca ditujukan agar pintu tersebut tidak mudah rusak karena bak tersebut menampung air panas yang mengahsilkan uap panas juga. Air panas yang mereka gunakan untuk mandi tidak akan dikeringkan dari ofuro hingga anggota keluarga terakhir selesai mandi. Namun, yang boleh menggunakan ofuro pertama kali adalah anggota keluarga dengan status yang paling tinggi. Intinya, mereka menggunakan shared water setiap mandi. Begitu juga dengan onsen, sebelum memasuki tempat tersebut, kita harus membersihkan diri terlebih dahulu karena air panas yang tersedia juga digunakan secara bersamaan.

Foto bersama keluarga Tanaka di City Takefu Chuo Park
Setelah kembali dari Fukui Perfecture, saya selanjutnya menuju ke National Youth Center (NYC) untuk mengikuti Tokyo Program selama 4 hari terhitung sejak 30 Oktober – 2 November 2017. Tepat di hari yang sama, kami mengikuti Plenary Orientation dan Discussion Group Meeting mengenai kegiatan Discussion Group berdasarkan kelompok masing-masing. Bersama dengan 4 orang IPY lainnya, saya tergabung di dalam Grup Diskusi 5 yaitu Quality Education. Dalam kegiatan tersebut, bersama fasilitator DG-5, Mr. Somkiat Kamolpun dari Thailand, kami saling berkenalan dan mendiskusikan ekspektasi dan motivasi kami selama kegiatan diskusi. Pada kesempatan ini juga kami mengadakan pemilihan perwakilan Grup Diskusi dari DG-5 atau DG Representative yang nantinya akan membantu Fasilitator dalam mempersiapkan dan melaksanakan diskusi. Terdapat 2 DG Representatives untuk masing-masing DG, dan saya adalah salah satunya.

Institutional Visits perdana kami berdasarkan tema DG dan saya bersama DG-5 adalah berkunjung ke Toyo University, Tokyo. Selama berada di Toyo University, saya dan teman-teman diperkenalkan dengan Global Incubation x Fostering Talents (GIFT), sebuah asosiasi yang mengadakan program, workshop dan seminars bekerja sama dengan universitas-universitas dan perusahaan untuk mempromosikan pendidikan global kepada anak muda.
DG 5 (Quality Education) representatives from Indonesia
ONBOARD PROGRAM

Daily Life

Kehidupan sehari-hari diatas kapal begitu memberikan kesan dan tak akan terlupakan. Di atas kapal, IPY tinggal di sebuah kabin dan berbagi dengan 2 PY dari Negara lain yang berbeda, akrab disebut dengan cabin mate. Pembagian kamar ini ditentukan berdasarkan urutan Solidarity Group (SG). Saya mendapatkan cabin mate dari Jepang bernama Yukina Moritaka (Yukina) dan Chittalath Soulisa (Lanoy) dari Laos. Seiring berjalannya program, kami semakin kompak dan menemukan banyak kesamaan yang membuat kami jadi seperti saudara.

Bersama cabin mate. Dari kiri ke kanan, Lanoy (Laos), Penulis, dan Yukina (Jepang) mengenakan Lambung dari Suku Sasak
Pagi hari di kapal akan dimulai dengan morning exercise dan dilanjutkan dengan morning assembly. Setiap harinya pada saat morning assembly, semua Participating Youth (PY) akan diukur suhu tubuhnya, jika suhu kami mencapai 37 derajat Celcius bisa dipastikan kami akan langsung dikarantina. Saya sempat terkejut, karena saya pribadi suhu 37 derajat adalah normal dan saya baik-baik saja. Namun saya bersyukur tidak pernah memasuki ruang karantina karena pastinya saya akan banyak melewatkan rangkaian program yang tidak akan bisa diulang. Program-program tersebut sudah disusun oleh administrator dengan sangat terjadwal. Jadi, kecil kemungkinan akan diadakan kembali. 

Kegiatan di kapal biasanya dimulai dengan morning call pada pukul 07.00 pagi dan diakhiri dengan night call pukul 11.00 malam. Sesi pagi akan diisi dengan kegiatan Group Discussion, presentation, dan PYs seminar. Sedangkan pada malam hari, PYs memiliki kesempatan mengadakan beberapa kegiatan seperti National Presentation, Voluntary Activity, dan berbagai kegiatan lainnya seperti mencoba kebudayaan Jepang di Grand Bath (onsen) atau sekedar berkumpul bersama PYs dari Negara lainnya. Setiap malamnya, Night Call dilakukan oleh SG yang bertugas dan Night Patroll yang dilakukan oleh NLs. Night Patrol ini dilakukan untuk memastikan tidak ada PYs yang berada di luar kabin diatas jam 11 malam. 

Discussion Group (DG)
Discussion Program merupakan salah satu kegiatan utama dalam rangkaian the 44th SSEAYP. Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong dan memotivasi Participating Youths (PYs) agar mampu memperdalam pemahaman mengenai isu terkini yang berkaitan dengan berbagai isu di ASEAN serta Jepang sehingga mereka mampu merumuskan rencana strategis untuk menanganinya. Selain itu, sejalan dengan visi SSEAYP, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, meningkatkan kemampuan PYs dalam bertukar pikiran serta meningkatkan kemampuan mereka dalam menyajikan segala konsep dan ide yang mereka miliki.

Saya dan Ng Rong Rong dari Singapura mempresentasikan hasil diskusi kelompok kami
Solidarity Group
Solidarity Group activity merupakan kegiatan dilakukan untuk mempererat rasa persahabatan maupun team building, terutama untuk para peserta SSEAYP melalui permainan, dance dan aktivitas ringan lainnya. Kegiatan ini dirancang oleh kepanitiaan yang bernama SG Sub-committee (SG Sub-comm) dibantu oleh para National Leader (NL) dan beberapa staff admin yang bertugas. Seluruh Participating Youth (PY) akan dibagi kedalam 11 kelompok Solidarity Group (A, B, C, D, E, F, G, H, I, J dan K). Didalam grup ini, 28 Indonesia Participating Youth terbagi merata.
Bersama SG A – SG K setelah SG Activity 3 berakhir
National Presentation
National Presentation merupakan wadah dimana setiap kontingen dari semua negara yang berpartisipasi dapat memberikan informasi tentang negaranya melalui sebuah pertunjukan kesenian sepanjang 75 menit. Garuda 44 menyuguhkan sebuah pertunjukan seni dalam National Presentation dengan mengangkat sebuah tema yaitu Asian Games sehubungan dengan pelaksanaan Asian Games tahun 2018 mendatang dengan Indonesia sebagai tuan rumah. Kami menampilkan beberapa pertunjukan seperti Tari Sahureka-reka, syair dan lagu Hio-hio, tari saman, tari Badminton, Martial arts, Haragamon Naoli, Tari kipas, Aster, dan masih banyak lagi.
Garuda 44 mengenakan kostum  tradisional dari berbagai suku di Indonesia dengan lagu penutup “Gemilang”
Voluntary Activity
Voluntary activity (VA) adalah kegiatan yang dilakukan secara sukarela oleh kontingen dalam mengisi waktu luang di kegiatan on board. Sering kali, kegiatan VA dilakukan pada malam hari tapi ada kalanya VA bisa dilakukan di waktu-waktu kosong lainnya juga. Tahun ini, kontingen Indonesia melaksanakan 3 kegiatan VA, yaitu: Food Festival, Coffee Party, dan yang terakhir adalah SSEAYP Batik Day 2017.  
Suasana Coffee and Indomie Party dalam Voluntary Activity
PY Seminar
PY Seminar merupakan kegiatan baru yang dilaksanakan pada program SSEAYP ini. Diadaptasi dari bagian dari program Ship for World Youth yang juga program International Exchange dari Cabinet Office of Japan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk para Participating Youth (PY) untuk belajar mengadakan sesi seminar, dimana mereka dapat berbagi pengetahuan dan budaya mereka kepada PY dari negara-negara ASEAN dan Jepang. Selain itu, kegiatan ini juga dapat menjadi kesempatan bagi PY peserta seminar itu untuk belajar apa yang telah dibagi oleh sesama PY di kapal. Garuda 44 mengusung beberapa seminar seperti VIP 101 (mengenalkan tatacara bertamu ala Indonesia), A am a farmer, are you?(memperj=kenalkan urban farming), who wants to be a selebgram (peluang bisnis baru melalui instagram), Herns don’t lie (memperkenalkan rempah-rempah Indonesia),Health Theme dan Teaching with Purpose.

Flag Hoisting
Flag Hoisting dilaksanakan sebelum Country Program di suatu Negara. Bendera 10 negara ASEAN dan Jepang dikibarkan satu per satu di atas panggung dan bendera Indonesia dan Malaysia berada di antara semua bendera karena kami kontingen Indonesia mendapatkan jadwal yang bersamaan dengan kontingenm MAlaysia. Kemudian, lagu “Indonesia raya” dinyanyikan. 

Farewell Ceremony
Pada hari terakhir program SSEAYP 2017 diselenggarakan farewell ceremony di atas kapal Nipon Maru. Diselenggarakan di dolphin hall, beberapa perwakilan dari kedutaan besar negara-negara ASEA pun menghadiri acara satu ini. Pihak Cabinet Office Jepang pun memandu jalannya acara setelah sebelumnya melakukan post program debriefing.

Program SSEAYP 2017 memberikan dampak yang besar terhadap kontingen kami. Kami mengenal pemuda-pemudi dari berbagai negara ASEAN bahkan berteman dekat dengan mereka yang mana merupakan salah satu tujuan untuk mempererat persahabatan antar bangsa dan mutual understanding. Melalui program ini, kami dapat membuka kesempatan baru dan memperluas networking dengan Negara-negara di Asia Tenggara dan Jepang.

Kontingen Indonesia dikenal dengan kedisiplinannya yang sangat tinggi. Kontingen Indonesia pun dikenal sebagai kontingen yang bertalenta dan selalu memberikan kejutan disetiap penampilannya. Hal ini mempengaruhi sikap disiplin, tepat waktu, menghargai satu sama lain dan kebersamaan IPY.

SSEAYP juga telah merubah pandangan hidup kami. Menumbuhkan rasa cinta lebih dari yang kami miliki sebelumnya sebagai warga Negara Republik Indonesia. Merajut semangat lebih untuk berkontribusi dalam membangun negara. Memulai dari langkah sederhana melalui diri kami sendiri, mencoba untuk mengajak orang-orang sekitar untuk melakukan kebiasaan positif.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar